Translate

Sunday, June 24, 2012

Dan Rumah Itu Menjadi Semakin Sepi


            Hari itu sangat cerah, tapi tidak cukup cerah untuk menahan kemurungan yang melanda keluarga kecil itu dari berita duka. Sang istri yang tercinta dan putri yang dibanggakan pun harus pergi ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Dalam suatu kecelakaan yang tragis, nyawa mereka harus terenggut. Sang ayah yang merupakan guru Agama tahu bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Dan ia pun menyadari bahwa satu-satunya hal yang dapat ia lakukan untuk anak dan istrinya sekarang adalah terus mendoakan mereka. Namun bagaimanapun ia tetap seorang manusia yang tidak dapat menahan kesedihan mendalam ketika ditinggal oleh orang yang disayanginya.
Air mata pun jatuh semakin deras seiring dengan banyaknya pelayat yang datang. Menandakan bahwa semua orang akan selalu ada disampingnya untuk menyemangatinya. Hari-hari pun berlalu terasa kelam untuk dilalui. Sang istri dan putrinya telah dikebumikan, tetapi kehangatan dan senyum mereka tetap terkenang di sisinya. Rumah yang kecil itu pun menjadi sepi dengan hanya tiga orang penghuninya.
Sang ayah tahu bahwa ia harus tetap bekerja untuk menyambung hidup. Dan kedua putranya pun harus kembali sekolah.Sejenakmereka harus melupakan bahwa ibunda dan kakak perempuan yang tercinta telah tiada. Namun hidup harus terus berjalan. Tetapi kesedihan mendalam sang ayah tidak akan pernah tertutupi.
Kesedihan sang ayah yang begitu mendalam, mempengaruhi kesehatannya. Kondisi sang ayah yang semakin lemah sejak kepergian dua anggota keluarga sangat memprihatinkan. Kedua putranya terlihat lebih tegar dan kuat mengingat bahwa sang anak kedua akan menghadapi ujian nasional SMP. Tapi sang ayah sudah tidak kuat menahan kesedihan yang sangat mendalam itu, ia pun jatuh sakit. Semangatnya dalam mengajar disekolah sudah pudar. Tawa yang selalu mengiringinya dalam setiap jam pelajaran, tidak pernah terdengar lagi. Ia telah jatuh sakit, sakit yang amat parah.
Sakitnya memang seperti umumnya orang yang sudah tua lainnya, yaitu penyakit kencing manis atau diabetes. Tetapi keadaan hatinya lah yang membuatnya semakin lemah dan mengundang penyakit lainnya untuk berkomplikasi dengan diabetesnya. Rumah kecil yang sepi itu semakin sedih dengan keadaan sang ayah yang jatuh sakit. Kedua anaknya hanya bisa terus memberi semangat kepada ayahnya dan juga kepada dirinya sendiri. Mengingat mereka juga baru ditinggalkan oleh sang ibunda dan kakak perempuannya. Namun sepertinya Tuhan sedang memberi cobaan yang amat sangat berat kepada mereka.
Hari yang kelam itu pun kembali menyelimuti. Namun kali ini jauh lebih kelam, seakan tidak ada harapan bahwa sang surya akan menerangi dan menghangatkan rumah kecil itu kembali. Sang ayah telah pergi menyusul ibu dan kakak perempuan. Ternyata Tuhan tidak sedang menguji ayahnya, tetapi Tuhan ingin mengetahui seberapa kuat iman dari kedua putra tangguh yang ada di dalam rumah kecil itu. Tidak ada yang menyangka mereka harus bertahan berdua saja tanpa ayah dan ibu dalam usia yang begitu dini. Sang putra kedua, yang kini menjadi kakak yang paling tua, baru saja menginjak kelas 9 SMP dan sang adik masih berada di bangku sekolah dasar. Mereka harus terus menghadapi kerasnya kehidupan dalam usia yang sangat dini. Sang ayah yang tak tertolong dalam penyakitnya harus meninggalkan mereka berdua saja didalam rumah kecil itu. Dan rumah itu kini menjadi semakin sepi dengan dua anak lelaki yang siapa tahu kelak akan menjadi pemimpin negeri ini.
#nb: untuk guruku Alm. Bushro S.Ag. guru yang begitu memberi kami para muridnya semangat semasa SMP kini telah menghadap Sang Khalik. Terima kasih pak.

No comments:

Post a Comment