Translate

Thursday, June 21, 2012

Cara Yang Berbeda


            Waktu itu gue sedang main bola sendirian di dalem rumah (njir bego banget main bola dalem rumah). Gue mencoba berlatih tendangan bebas ala Cristiano Ronaldo gitu, dengan sasaran gue yaitu pintu kamar tante gue (kondisi rumah gue waktu itu sepi, jadi gak ada yang ngeliatin kelakuan bego gue). Gue mengambil jarak dari ruang tamu dan meletakkan meja dan sepeda motor gue sebagai ganti pagar betis atau penghalangnya.
            Gue mulai mengambil ancang-ancang dan bersiap menendang. Tendangan pertama gue meleset jauh. Gue terus mencoba memasukkan bola melewati pintu itu. Pada percobaan ke-5 gue mulai bingung dan mengubah posisi bola menjadi lebih ke kanan. Dan tetap saja berkali-kali tendangan gue hanya mengenai bagian atas pintu (baca mistar gawang). Gue yakin bahwa perkiraan jarak tembak gue dan ancang-ancang gue sudah benar. Itu terlihat dari berkali-kali tendangan gue mengenai sisi atas ataupun sisi samping pintu.
            Gue hampir putus asa karena tidak berhasil memasukkan bola melewati pintu itu. Kemudian gue berfikir untuk mengubah posisi bola. Dan gue memindahkan posisi bola agak ke kanan. Tetapi tetap saja gagal. Gue terus melanjutkan untuk mencoba, karena gue yakin akan berhasil.
            Akhirnya pada percobaan yang sudah tak terhitung kalinya, gue mencoba mengubah posisi bola lagi dan juga jarak gue mengambil ancang-ancang. Gue mengubah posisi bola menjadi lebih maju sedikit dari tempat semula dan ancang-ancang yang lebih dekat. Dan hanya dengan sekali tendangan, gue berhasil! Gue gak percaya dan mengulanginya berkali-kali. Dan semuanya gol. Dengan berkali-kali percobaan dan berbagai cara, akhirnya gue berhasil.
            Dari situ gue mengambil suatu nilai berharga yang sering kali menghalangi keberhasilan kita yang seharusnya sudah di depan mata. Kita seringkali terus berusaha dan mencoba tanpa lelah agar mencapai keberhasilan dengan menggunakan cara yang sama secara terus menerus. Padahal dalam mencoba lagi itu, seharusnya kita menggunakan cara-cara yang berbeda dan baru. Jika kita terus mencoba tetapi hanya mengunakan cara yang sama berulang-ulang kali, itu sama saja kita seperti berjalan ditempat. Kita harus terus menciptakan alternatif-alternatif untuk bangkit dari kegagalan dan mencapai keberhasilan. Jika kita tidak menciptakan alternatif baru, maka sama saja kita melompat-lompat dari lubang yang begitu dalam padahal kita tahu bahwa lompatan kita tidak setinggi lubang itu. Karena dari kegagalan itu lah terciptanya inovasi-inovasi yang brilian.
            Seperti yang kita ketahui kisah dari Thomas Alfa Edison sang pencipta bohlam. Ia berkali-kali gagal dalam percobannya. Dan ia yakin hal itu akan berhasil ia ciptakan. Tetapi dalam jutaan percobaannya yang berulang kali itu, ia terus mencoba dengan berbagai cara. Kemudian juga Jack Canfield penulis serial buku motivasi terlaris di dunia Chicken Soup. Dalam usaha menerbitkan bukunya, ia ditolak oleh ratusan penerbit. Dan ia terus mencoa tanpa menyerah. Tentu dalam setiap usahanya itu ia lakukan dalam cara yang berbeda-beda untuk meyakinkan penerbit yang berbeda-beda juga. Sehingga pada akhirnya mereka berdua (Thomas Edison dan Jack Canfield) berhasil dan mampu merubah dunia.
            Sahabat-sahabat saya yang super. Nahlo, kenapa gue jadi pak Mario Teguh, yaudah biarin. Jadi, semua pepatah yang mengatakan bahwa kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda dan yang lainnya memang benar. Tetapi itu bergantung pada sekeras apa usaha kita, segigih apa semangat kita dan secerdik apa cara kita untuk bangkit menuju kebrhasilan itu. Ingatlah pepatah, banyak jalan menuju Roma. Banyak jalan menuju kesuksesan, dan kita sendirilah yang membuat jalan itu.

No comments:

Post a Comment