Translate

Thursday, June 21, 2012

Pengorbanan


            Reo dan July adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, meski mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Keluarga July berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
            Suatu hari Reo berkata kepada July,”July, aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Aku ingin kita dapat mencintai sampai tua, dan sampai Tuhan memanggil kita berdua!”
            Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July. Ia berkata kepada Reo,”Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku telah memutuskan untuk tidak akan menikah denganmu karena aku membutuhkan uang dan kekayaan seperti kata orangtuaku.” Mendengar itu Reo pun bak disambar petir. Ia sangat marah kepada July. Ia mengatai July matre, tidak berperikemanusiaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya, Reo meninggalkan July menangis seorang diri.
            Semua perkataan July membuat Reo bertekad untuk menjadi orang sukses dan kaya raya. Dan jerih payah Reo mulai menunjukkan hasil. Kariernya melejit, dan dalam waktu kurang dari 2 tahun, ia berhasil menjadi manajer sebuah perusahaan bonafide, bahkan ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Reo menjadi simbol kesuksesan bagi orang-orang yang mengenalnya.
            Suatu hari, saat Reo sedang mengendarai mobil mewahnya, tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri yang tua dan renta tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu terlihat lusuh dan tidak terawat. Reo sangat terkejut karena ia mengenali kedua suami istri itu yang merupakan orangtua July. Karena penasaran, Reo membuntuti mereka hingga ke sebuah makam.
            Reo sangat terkejut ketika ia mendapati nama July tertulis di atas nisan makam itu. Reo pun bergegas berlari ke arah makam July untuk menemui orangtua July. Reo bertanya apa yang terjadi. Kedua orangtua July pun berkata, “Reo, kami telah jatuh miskin. Seluruh harta kami habis untuk biaya pengobatan July. July menitipkan surat ini untukmu. Bacalah, nak.” Ayah July pun memberikan sepucuk surat yang terlihat sangat kumal itu kepada Reo.
            Reo mulai membuak surat itu dan membacanya. “Reo, maaf aku terpaksa berbohong kepadamu. Aku terkena kangker rahim stadium akhir yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu karena jika itu aku lakukan, aku hanya akan membuatmu jatuh dalam kehidupan yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada jurang kehancuran. Aku lakukan ini semua, karena aku mencintamu Reo.” Airmata tanpa terasa telah membasahi pipi Reo, hatinya begitu sesak sehingga ia tak mampu mengatakan apapun dan hanya tenggelam dalam penyesalan yang mendalam.
           
Cinta yang sesungguhnya bukan pada saat kita sedang dimabuk asmara, ketika kita menghabiskan saat-saat romantis dengan pujaan hati. Tapi cinta sejati adalah ketika orang yang kita cintai menyakiti kita, ketika gelora asmara sudah tidak terasa lagi, tapi kita masih berdiri di sampingnya dan peduli dengannya, dan mencintainya. Karena cinta sejati adalah apa yang tersisa ketika api cinta telah padam.
Sumber cerita: buku “Kisah Tentang Seekor Sapi Yang Jujur”

No comments:

Post a Comment