Translate

Sunday, April 29, 2012

di balik sikap keras ayah


Ketika kita masih kecil, ibulah yang lebih sering mendongen untuk kita. Tapi tahukah anda bahwa sepulang bekerja, dengan tubuh yang sangat lelah, yang pertama kali ditanyakan ayah kepada ibu adalah kabar anda dan apa yang anda lakukan seharian?
            Ketika belajar naik sepeda di masa kanak-kanak, ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda anda, dan ibu merasa khawatir jika anda terjatuh. Tapi tahukah anda, bahwa itu ayah lakukan karena dia yakin anak kesayangannya pasti bisa melakukannya.
            Ketika anda merengek dan menangis meminta untuk dibelikan mainan baru, ibu menatap dengan iba, tapi ayah berkata dengan tegas kepada anda, “tidak sekarang!” Tapi tahukah anda, ayah berkata demikian karena ia tidak ingin anak kebanggaannya menjadi manja dan selalu meminta tanpa berusaha. Ia ingin anaknya menjadi kuat.
            Ketika kita sakit flu dan pilek, ibu merawat dan memberi perhatian ekstra. Tapi, ayah justru memarahi kita, “sudah dibilang jangan suka minum es!”. Tahukah anda bahwa sebenarnya ayah sangat menghawatirkan kita.
            Ketika anda beranjak remaja dan menuntut untuk mendapat izin keluar malam, ayah akan sering membentak dan melarang. Tahukah anda bahwa ayah melakukannya karena ia sangat ingin menjaga anda.
            Ketika anda mulai sering berlama-lama menelepon seseorang, ayah akan berada di sekitar anda dan mendengarkan pembicaraan anda di telepon. Tahukah anda bahwa ayah sangat ingin tahu apakah anda memilih teman spesial anda dengan tepat?
            Ketika lulus SMA, ayah akan memaksa anda untuk menjadi dokter, insinyur atau pengacara. Tapi tahukah anda bahwa itu hanya karena ayah sangat ingin melihat anda sukses. Dan apapun pilihan anda pada akhirnya, ayah akan tetap mendukung.
            Ketika anda harus kuliah diluar kota, ayah dengan berat melepasmu di bandara. Tangan ayah menjadi sangat kaku untuk memeluk anda. Ia bangga dan juga berat untuk melepas anak kesayangannya menuntut ilmu jauh dari rumah.
            Ketika itu, ayah hanya tersenyum dan menasihati ini-itu, dan menyuruh anda untuk fokus pada studi anda. Padahal ayah sangat ingin untuk menangis seperti ibu dan memeluk anda erat-erat. Yang ayah lakukan hanya menyeka airmata di sudut matanya dan menepuk pundak anda sambil berkata, “jaga dirimu baik-baik ya” Tahukah anda, bahwa ayah melakukan itu agar anda kuat dan dewasa.
            Ketika anda membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari, ayah adalah orang pertama yang akan mengerutkan kening. Tapi tahukah anda, bahwa ayah akan bekerja keras untuk bisa mengirimkan uang yang anda butuhkan, agar anda bisa merasa sama dengan teman-teman anda di kamus.
            Ketika anda diwisuda, ayah adalah orang pertama yang akan berdiri dan memberi tepuk tangan untuk anda.
            Ketika anda memilih pasangan hidup, ayah sangat yakin bahwa anda telah memilih pasangan hidup yang tepat. Karena ia sangat percaya pada anaknya. Dan ketika anda duduk di pelaminan, ayah tersenyum bahagia. Tapi tahukah anda, bahwa dalam hati kecilnya, ayah merasa ‘kehilangan’ anak kesayangannya.
            Setelah itu ayah hanya bisa menunggu kedatangan anda bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang semakin memutih dan lengan yang tak lagi kuat untuk menjaga anda, ayah telah menyelesaikan tugasnya.
            Ayah adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat, bahkan ketika ia tidak kuat untuk tidak menangis. Ia harus terlihat tegas, behkan ketika ia ingin sekali memanjakan kita. Ia adalah orang pertama yang selalu yakin, bahwa anak kesayangannya bisa dalam segala hal.
sumber : buku "kisah tentang seekor sapi yang jujur"

No comments:

Post a Comment