Hari itu sangat cerah, tapi tidak
cukup cerah untuk menahan kemurungan yang melanda keluarga kecil itu dari
berita duka. Sang istri yang tercinta dan putri yang dibanggakan pun harus
pergi ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Dalam suatu kecelakaan yang tragis, nyawa
mereka harus terenggut. Sang ayah yang merupakan guru Agama tahu bahwa setiap
yang bernyawa pasti akan mati. Dan ia pun menyadari bahwa satu-satunya hal yang
dapat ia lakukan untuk anak dan istrinya sekarang adalah terus mendoakan
mereka. Namun bagaimanapun ia tetap seorang manusia yang tidak dapat menahan
kesedihan mendalam ketika ditinggal oleh orang yang disayanginya.
Air mata pun jatuh semakin deras seiring dengan banyaknya pelayat yang
datang. Menandakan bahwa semua orang akan selalu ada disampingnya untuk
menyemangatinya. Hari-hari pun berlalu terasa kelam untuk dilalui. Sang istri
dan putrinya telah dikebumikan, tetapi kehangatan dan senyum mereka tetap
terkenang di sisinya. Rumah yang kecil itu pun menjadi sepi dengan hanya tiga
orang penghuninya.
Sang ayah tahu bahwa ia harus tetap bekerja untuk menyambung hidup. Dan
kedua putranya pun harus kembali sekolah.Sejenakmereka harus melupakan bahwa
ibunda dan kakak perempuan yang tercinta telah tiada. Namun hidup harus terus
berjalan. Tetapi kesedihan mendalam sang ayah tidak akan pernah tertutupi.
Kesedihan sang ayah yang begitu mendalam, mempengaruhi kesehatannya. Kondisi
sang ayah yang semakin lemah sejak kepergian dua anggota keluarga sangat
memprihatinkan. Kedua putranya terlihat lebih tegar dan kuat mengingat bahwa
sang anak kedua akan menghadapi ujian nasional SMP. Tapi sang ayah sudah tidak
kuat menahan kesedihan yang sangat mendalam itu, ia pun jatuh sakit.
Semangatnya dalam mengajar disekolah sudah pudar. Tawa yang selalu
mengiringinya dalam setiap jam pelajaran, tidak pernah terdengar lagi. Ia telah
jatuh sakit, sakit yang amat parah.
Sakitnya memang seperti umumnya orang yang sudah tua lainnya, yaitu
penyakit kencing manis atau diabetes. Tetapi keadaan hatinya lah yang
membuatnya semakin lemah dan mengundang penyakit lainnya untuk berkomplikasi
dengan diabetesnya. Rumah kecil yang sepi itu semakin sedih dengan keadaan sang
ayah yang jatuh sakit. Kedua anaknya hanya bisa terus memberi semangat kepada
ayahnya dan juga kepada dirinya sendiri. Mengingat mereka juga baru
ditinggalkan oleh sang ibunda dan kakak perempuannya. Namun sepertinya Tuhan
sedang memberi cobaan yang amat sangat berat kepada mereka.
Hari yang kelam itu pun kembali menyelimuti. Namun kali ini jauh lebih
kelam, seakan tidak ada harapan bahwa sang surya akan menerangi dan
menghangatkan rumah kecil itu kembali. Sang ayah telah pergi menyusul ibu dan
kakak perempuan. Ternyata Tuhan tidak sedang menguji ayahnya, tetapi Tuhan
ingin mengetahui seberapa kuat iman dari kedua putra tangguh yang ada di dalam
rumah kecil itu. Tidak ada yang menyangka mereka harus bertahan berdua saja
tanpa ayah dan ibu dalam usia yang begitu dini. Sang putra kedua, yang kini
menjadi kakak yang paling tua, baru saja menginjak kelas 9 SMP dan sang adik
masih berada di bangku sekolah dasar. Mereka harus terus menghadapi kerasnya
kehidupan dalam usia yang sangat dini. Sang ayah yang tak tertolong dalam
penyakitnya harus meninggalkan mereka berdua saja didalam rumah kecil itu. Dan
rumah itu kini menjadi semakin sepi dengan dua anak lelaki yang siapa tahu
kelak akan menjadi pemimpin negeri ini.
#nb: untuk guruku Alm. Bushro S.Ag. guru yang
begitu memberi kami para muridnya semangat semasa SMP kini telah menghadap Sang
Khalik. Terima kasih pak.
No comments:
Post a Comment