Waktu itu gue sedang main bola
sendirian di dalem rumah (njir bego banget main bola dalem rumah). Gue mencoba
berlatih tendangan bebas ala Cristiano Ronaldo gitu, dengan sasaran gue yaitu
pintu kamar tante gue (kondisi rumah gue waktu itu sepi, jadi gak ada yang
ngeliatin kelakuan bego gue). Gue mengambil jarak dari ruang tamu dan
meletakkan meja dan sepeda motor gue sebagai ganti pagar betis atau penghalangnya.
Gue mulai mengambil ancang-ancang
dan bersiap menendang. Tendangan pertama gue meleset jauh. Gue terus mencoba
memasukkan bola melewati pintu itu. Pada percobaan ke-5 gue mulai bingung dan
mengubah posisi bola menjadi lebih ke kanan. Dan tetap saja berkali-kali tendangan
gue hanya mengenai bagian atas pintu (baca mistar gawang). Gue yakin bahwa
perkiraan jarak tembak gue dan ancang-ancang gue sudah benar. Itu terlihat dari
berkali-kali tendangan gue mengenai sisi atas ataupun sisi samping pintu.
Gue hampir putus asa karena tidak
berhasil memasukkan bola melewati pintu itu. Kemudian gue berfikir untuk
mengubah posisi bola. Dan gue memindahkan posisi bola agak ke kanan. Tetapi
tetap saja gagal. Gue terus melanjutkan untuk mencoba, karena gue yakin akan
berhasil.
Akhirnya pada percobaan yang sudah
tak terhitung kalinya, gue mencoba mengubah posisi bola lagi dan juga jarak gue
mengambil ancang-ancang. Gue mengubah posisi bola menjadi lebih maju sedikit dari
tempat semula dan ancang-ancang yang lebih dekat. Dan hanya dengan sekali
tendangan, gue berhasil! Gue gak percaya dan mengulanginya berkali-kali. Dan
semuanya gol. Dengan berkali-kali percobaan dan berbagai cara, akhirnya gue
berhasil.
Dari situ gue mengambil suatu nilai
berharga yang sering kali menghalangi keberhasilan kita yang seharusnya sudah
di depan mata. Kita seringkali terus berusaha dan mencoba tanpa lelah agar
mencapai keberhasilan dengan menggunakan cara yang sama secara terus menerus.
Padahal dalam mencoba lagi itu, seharusnya kita menggunakan cara-cara yang
berbeda dan baru. Jika kita terus mencoba tetapi hanya mengunakan cara yang sama
berulang-ulang kali, itu sama saja kita seperti berjalan ditempat. Kita harus
terus menciptakan alternatif-alternatif untuk bangkit dari kegagalan dan
mencapai keberhasilan. Jika kita tidak menciptakan alternatif baru, maka sama
saja kita melompat-lompat dari lubang yang begitu dalam padahal kita tahu bahwa
lompatan kita tidak setinggi lubang itu. Karena dari kegagalan itu lah
terciptanya inovasi-inovasi yang brilian.
Seperti yang kita ketahui kisah dari
Thomas Alfa Edison sang pencipta bohlam. Ia berkali-kali gagal dalam
percobannya. Dan ia yakin hal itu akan berhasil ia ciptakan. Tetapi dalam
jutaan percobaannya yang berulang kali itu, ia terus mencoba dengan berbagai cara.
Kemudian juga Jack Canfield penulis serial buku motivasi terlaris di dunia
Chicken Soup. Dalam usaha menerbitkan bukunya, ia ditolak oleh ratusan
penerbit. Dan ia terus mencoa tanpa menyerah. Tentu dalam setiap usahanya itu
ia lakukan dalam cara yang berbeda-beda untuk meyakinkan penerbit yang
berbeda-beda juga. Sehingga pada akhirnya mereka berdua (Thomas Edison dan Jack
Canfield) berhasil dan mampu merubah dunia.
Sahabat-sahabat saya yang super.
Nahlo, kenapa gue jadi pak Mario Teguh, yaudah biarin. Jadi, semua pepatah yang
mengatakan bahwa kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda dan yang
lainnya memang benar. Tetapi itu bergantung pada sekeras apa usaha kita,
segigih apa semangat kita dan secerdik apa cara kita untuk bangkit menuju
kebrhasilan itu. Ingatlah pepatah, banyak jalan menuju Roma. Banyak jalan
menuju kesuksesan, dan kita sendirilah yang membuat jalan itu.
No comments:
Post a Comment